hari-hari mencuri wajahmu
esok kita hanya mendengar suara tawa seorang nakhoda pemabuk
dari neraka paling celaka dia bawa beribu cerita
perihal menemukan seluruh harta karun yang kita cari
tapi tak seorang pun akan percaya lagi
setelah di museum kehilangan: terpajang cermin,
terpasung wajahmu
dan kesunyian berabad-abad lamanya.
Buku Museum Kehilangan merupakan karya buku kumpulan puisi ketiga dari Wawan Kurniawan yang mana berisikan 65 puisi dengan tema kehilangan.
“Bagaimana lewat sebuah karya sastra, kita diajak untuk mengenang kembali sebuah tragedi yang harus diperjuangkan. Banyak judul dan diksi yang dengan tegas menunjukkan bagaimana tragedi ini terjadi. Isu-isu politiknya dibuat samar, tapi tidak sulit untuk diterka. Jangan tergesa-gesa selama mencoba meresapi Museum Kehilangan,” Fahri Rasihan, Pembaca.
“Judul terakhir dalam buku ini, benar-benar membuatku merasa ... hampa atau kosong. Entahlah. Tetapi puisi yang judulnya sama dengan nama anak almarhum, yang isinya hanya sebuah pertanyaan, membuatnya justru sarat akan sebuah kepedihan akan kehilangan. Kehilangan yang menyisakan tumpukan pertanyaan,” Nur Rokhmani, Pembaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar