Buku “Jagat Digital: Pembebasan dan Penguasaan” adalah buku yang menelaah secara kritis dimensi-dimensi ekonomi-politik digitalisasi. Buku ini sekaligus mempelopori kajian kritis terhadap aspek psikologi, psikologi massa, epistemologi dari munculnya media-media baru yang dewasa ini semakin mendominasi kehidupan publik. Buku ini mengajak pembaca untuk memikirkan berbagai fenomena digitalisasi dalam tarikan-tarikan yang paradoksal: membebaskan atau membelenggu, memberdayakan atau memanipulasi, memberadabkan atau menggerus keberadaban, memperluas kesempatan atau mendisrupsi.
Dalam konteks yang sama, penulis buku ini mencoba melakukan “demitologi” atas klaim-klaim yang selama ini begitu lekat dengan media-sosial, mesin-pencari atau situs ecommerce. Bahwa media-sosial bukan semata-mata sarana interaksi sosial, melainkan juga sarana komodifikasi, komersialisasi, bahkan sarana surveillance. Bahwa tidak ada yang benar-benar gratis dari semua layanan digital yang selama ini dinikmati pengguna internet: media sosial, percakapan sosial, surat elektronik, mesin pencari dan lain-lain. Berbagai layanan gratis itu mesti dibarter dengan data-pribadi-pengguna-internet yang gratis pula. Bahwa platform mesin-pencari atau media-sosial bukan hanya telah memberikan cara baru yang lebih efektif dalam kerja jurnalistik dan pendistribusian berita, melainkan juga menghadapkan para pengelola media jurnalistik pada iklim persaingan usaha media yang sangat timpang dan tidak sehat. Bahwa media-sosial bukan hanya telah meningkatkan kualitas kebebasan berpendapat dan kebebasan berekspresi, melainkan juga telah menghadapkan berbagai negara pada kejahatan elektoral berbasis pemanfaatan media sosial yang merusak kualitas demokrasi dan memecah-belah masyarakat.
Sinopsis
Transformasi digital seperti tercermin dalam derasnya penetrasi layanan media sosial, mesin pencari, dan situs e-commerce, pada gilirannya, telah menampakkan diri sebagai sebentuk aporia. Dia menawarkan pembebasan, sekaligus memendam intensi penguasaan. Dia menyajikan kemungkinan deliberasi, sekaligus memperlihatkan tendensi instrumentalisasi. Dia melahirkan peluang-peluang menjanjikan pada aras ekonomi kreatif, sekaligus menciptakan struktur kapitalisme baru yang memusatkan surplus ekonomi digital global hanya pada sedikit perusahaan di satu-dua negara saja. Buku ini menawarkan perspektif kritis tentang fenomena digitalisasi ketika, pada umumnya, publik bersikap positivistik dalam memandang fenomena tersebut. Penulis mencoba meneropong dimensi-dimensi “antidemokrasi” fenomena digitalisasi yang terlanjur melekat dengan term demokratisasi. Buku ini juga menekankan perlunya keseimbangan perspektif dalam menelaah revolusi digital, positivistik maupun kritis. Dalam konteks ini, integrasi suatu negara ke dalam lanskap informasi global membawa pengaruh positif sekaligus dampak destruktif.
Setelah memetakan masalah-masalah yang muncul bersamaan dengan transformasi digital, penulis mengusulkan langkah-langkah yang perlu diambil pemerintah, DPR, komunitas media, maupun kalangan masyarakat dalam mengantisipasi integrasi Indonesia ke dalam ekosistem informasi global.
Hal-hal ini perlu dilakukan agar Indonesia mampu mengambil manfaat sebanyak-banyaknya dan mampu mengantisipasi dampak atau residu yang muncul secara memadai.
Yuk segera dapatkan buku ini di Gramedia!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar