Chairil Anwar bukanlah sastrawan yang hanya merenung di balik meja dan menulis puisi. Sajak "Diponegoro" yang terkenal dengan kata-kata "Maju Serbu Serang Terjang" berhasil menggelorakan kembali semangat juang. Melalui sajak ini, ia mengungkap sosok Diponegoro yang kuat dan hebat dalam menghadapi Belanda.
Chairil tegas melawan kolonialisme. Sebuah kutipan populer yang menandakan semangat itu terlihat dari puisi tersebut. Sesudah kemerdekaan, sikap juang Chairil semakin kuat terlukis dalam puisi-puisinya. Salah satunya adalah sajak "Krawang-Bekasi" yang ditulis berdasarkan pengalamannya saat Agresi Militer Belanda I pada 21 Juli 1947.
Tapak berkesenian Chairil mencuatkan namanya sebagai pelopor Angkatan 45 yang mendobrak angkatan sebelumnya. Chairil adalah penulis yang sangat produktif. Meninggal di usia 27, tetapi sepanjang hidupnya yang singkat itu ia telah membuat 70 sajak asli, 4 sajak saduran, 10 sajak terjemahan, 6 prosa asli, dan 4 prosa terjemahan. Terkenal dengan potret diri yang ikonik dalam pose mengisap sebatang rokok, Chairil menghasilkan sajak-sajak yang memperkaya khazanah sastra Indonesia.
Buku Seri TEMPO Chairil Anwar 2022 menjadi buku biografi yang berhasil memberikan inspirasi pada pembaca melalui pengalaman-pengalamannya.
Buku ini juga menceritakan mengenai perempuan-perempuan yang pernah ia buatkan puisi, kisah tentang ayah dan ibunya, dan kisah-kisah pertemanannya yang menjadikan ia salah satu pelopor angkatan 45. Buku ini cocok untuk Anda yang ingin mengetahui lebih jauh fakta-fakta menarik dari tokoh Chairil Anwar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar