Tukang bakso itu merasa dirinya punya hak istimewa sehingga ia jengkel ketika mendapati seorang pemuda sedang teler di atas kursi sukir. Tampaknya ia sedang mabuk. Mabuk agama. Ia meracau menyerukan kata-kata suci, menyebut-nyebut Tuhan dan surga, sambil matanya membelalak dan tangannya menuding si penjual bakso. Si tukang bakso mencubit pipinya: “Hai, kau masih di dunia. Ayo bangun, kerja. Jingan!”
(cerpen “Kursi Sukir”)
***
Tak Ada Asu di Antara Kita adalah kumpulan cerpen perdana karya Joko Pinurbo. Ada 15 cerpen berilustrasi penuh warna di dalam buku ini. Tokoh-tokoh ceritanya jauh dari gemerlap, cenderung getir namun sekaligus jenaka. Ada ibu, anak, kakek, Pak RT, penjaga warung, guru, kursi, batu, copet, koruptor, dan tentu, asu tidak ketinggalan. Cerita mereka yang selama ini mungkin dekat dengan kita namun kadang luput dari perhatian. Sebagai kejutan, Jokpin menyisipkan satu puisi terbaru di dalam kumpulan cerita ini.
Profil Penulis:
Joko Pinurbo (lahir 11 Mei 1962) adalah seorang penyair Indonesia. Puisinya adalah campuran narasi, ironi, dan refleksi diri.
Joko Pinurbo berasal dari keluarga seorang guru SD. Ia lulus dari Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Sanata Dharma, Yogyakarta pada tahun 1987. Ia kemudian mengajar di almamaternya sambil membantu majalah budaya Basis. Ia pernah menjadi editor Base, Slot, dan Sadhar terbitan Universitas Sanata Dharma. Ia juga bekerja di PT Grasindo Yogyakarta.
Saat ini bekerja sebagai editor Scholastic Script Bank sambil menjadi sukarelawan di beberapa institusi swasta dan membantu jurnal Poetry. Karyanya dimuat di berbagai surat kabar, majalah, jurnal, antologi dan buku. Kumpulan puisinya Celana (1999) dan Di Bawah Kibaran Sarung (2001). Pada tahun 2001 ia memenangkan Penghargaan Buku Terbaik Dewan Kesenian Jakarta, Hadiah Sastra Lontar, dan Penghargaan Sih (Penghargaan Puisi Terbaik Jurnal Puisi). Ia juga terpilih sebagai tokoh sastra di majalah Tempo. Ia sering tampil dalam diskusi dan pembacaan puisi di berbagai tempat/forum, antara lain Festival Puisi transnasional di Jakarta (2001), Festival Sastra Winternachten di Belanda (2002) dan Festival Puisi Internasional di Solo (2002).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar