Deskripsi:
Aluna Nuansa Senja tidak pernah menduga bahwa sebuah buku yang tertinggal di kedai kopi kecil di Inggris mengubah hidupnya. Di tengah kesibukannya mengejar gelar S2 di jurusan Creative Writing, pertemuannya dengan Makaio Adhyaksa, barista yang juga merupakan musisi, perlahan mengguncang prinsipnya untuk tidak jatuh cinta lagi.
Ajaibnya, Makaio selalu hadir di setiap sudut Inggris yang Aluna jelajahi. Berbagai kebetulan membawa keduanya pada perjalanan tak terduga. Di tengah hiruk pikuk kota-kota di Inggris, buku-buku klasik, matahari sedingin es, dan langit dengan cahaya ungu dan merah jambu yang menari-nari, Aluna dan Makaio belajar bahwa mungkin cinta adalah tentang menemukan jalan pulang.
Akankah Makaio menjadi bagian dari masa depannya, atau hanya akan menjadi kenangan di perjalanan singkat Aluna di Inggris?
Tahun Terbit : Cetakan Pertama, September 2024
Review:
Like We Just Met karya Nanda Afandi menghadirkan kisah cinta modern yang unik dengan sentuhan nuansa pertemuan yang tak terduga. Novel ini mengajak pembaca menyelami perjalanan emosional dua insan yang saling terkait, meski awalnya mereka belum pernah bertemu secara nyata.
Like We Just Met adalah novel roman kontemporer yang mengisahkan Aluna Nuansa Senja, seorang mahasiswa pascasarjana asal Indonesia yang sedang menempuh pendidikan master di bidang penulisan kreatif di University of Leeds, Inggris. Hidupnya berubah secara tak terduga saat bertemu dengan Makaio Adhyaksa, seorang barista-musisi di kafe The Bern, yang memicu sebuah perjalanan pencarian jati diri, penyembuhan, dan romansa yang tak terduga.
Cerita berpusat pada dua karakter utama yang secara tidak sengaja bertabrakan di tengah dinamika kehidupan kota. Pertemuan mereka membuka lembaran baru dalam pencarian jati diri dan mengungkap rahasia masa lalu yang tersembunyi. Setiap interaksi mengandung kilasan kenangan yang seolah telah lama ada, membawa mereka pada perjalanan untuk memahami arti pertemuan itu sendiri.
Inti dari narasi "Like We Just Met" berpusat pada Aluna Nuansa Senja, seorang mahasiswa S2 jurusan Creative Writing yang menjalani kehidupannya di Inggris . Sebuah kejadian tak terduga, yaitu penemuan sebuah buku yang tertinggal di sebuah kedai kopi kecil di Inggris, menjadi katalisator perubahan signifikan dalam hidupnya. Di tengah kesibukan akademiknya, Aluna bertemu dengan Makaio Adhyaksa, seorang barista yang juga berprofesi sebagai musisi . Aluna memiliki prinsip untuk tidak lagi jatuh cinta, sebuah pendirian yang perlahan namun pasti digoyahkan oleh pertemuannya dengan Makaio.
Kejadian-kejadian kebetulan yang ajaib membawa Aluna dan Makaio bersama-sama dalam berbagai perjalanan tak terduga menjelajahi sudut-sudut Inggris . Kedai kopi tempat pertemuan awal mereka bernama "The Bern" . Pertemuan pertama mereka terjadi setelah Aluna meninggalkan buku kesayangannya dan kemudian ponselnya di kedai tersebut, yang mempertemukannya kembali dengan Makaio yang bekerja sebagai barista dan juga tampil musik secara langsung di sana .
Namun, hubungan mereka tidak terlepas dari konflik. Makaio, dengan caranya sendiri, justru menyarankan Aluna untuk berhenti menulis, karena ia melihat bahwa karya-karya Aluna belum berhasil menembus meja penerbit . Bagi Makaio, impian Aluna tampak seperti sesuatu yang tidak realistis dan kurang penting dibandingkan impiannya sendiri. Latar belakang Aluna yang baru pulih dari hubungan yang kurang sehat membuatnya bertekad untuk tidak jatuh cinta selama berada di Inggris, setidaknya sampai ia benar-benar sembuh dan menemukan kembali dirinya yang hilang .
Dalam hiruk pikuk kota-kota di Inggris, dikelilingi oleh buku-buku klasik, sinar matahari yang dingin, dan langit dengan semburat ungu dan merah jambu, Aluna dan Makaio belajar tentang kemungkinan cinta dan makna "pulang" . Narasi kemudian menggantungkan pertanyaan apakah Makaio akan menjadi bagian dari masa depan Aluna atau hanya menjadi kenangan dalam perjalanan singkatnya di Inggris . Latar Inggris sebagai tempat berlangsungnya cerita, dengan Aluna yang merupakan mahasiswa Creative Writing, membuka peluang untuk eksplorasi tema-tema terkait pertukaran budaya dan pencarian jati diri di lingkungan yang asing. Awal cerita yang melibatkan buku yang hilang dan pertemuan kebetulan mengisyaratkan genre romantis dengan kemungkinan elemen fiksi kontemporer dan adegan pertemuan yang manis. Konflik yang muncul melalui pandangan Makaio terhadap aspirasi menulis Aluna menambahkan dimensi lain pada cerita, melampaui sekadar romansa, dan mengindikasikan potensi tema tentang ambisi pribadi versus hubungan romantis.
Berdasarkan sinopsis dan blurb, beberapa tema utama dapat diidentifikasi dalam novel ini. Cinta dan Romantisme jelas menjadi fokus sentral, mengingat konflik internal Aluna yang ingin menghindari cinta namun justru merasakan ketertarikan pada Makaio
- Perjalanan Aluna di Inggris, yang juga merupakan upayanya untuk melanjutkan studi dan mengatasi luka dari hubungan sebelumnya, menyoroti tema Penemuan Jati Diri dan Pertumbuhan Pribadi.
- Perubahan prinsip Aluna untuk tidak jatuh cinta lagi juga mengindikasikan adanya perkembangan karakter yang signifikan.
Latar belakang Pertukaran Budaya dan Lingkungan Inggris juga menjadi tema penting, dengan deskripsi kota-kota, buku-buku klasik, dan fenomena alam seperti "ice-cold sun" dan langit berwarna ungu dan merah jambu . Pengalaman berada di negara asing dan berinteraksi dengan budaya yang berbeda kemungkinan besar akan memengaruhi perkembangan karakter dan alur cerita. Lebih lanjut, gagasan tentang Menemukan "Rumah" yang disebutkan secara eksplisit dalam blurb dan sinopsis dapat diinterpretasikan sebagai metafora untuk menemukan rasa memiliki dan koneksi emosional melalui cinta. Terakhir, ambisi Aluna untuk meraih gelar S2 di bidang Creative Writing dan mimpinya menjadi penulis hebat memperkenalkan tema Ambisi dan Impian, yang mungkin akan dieksplorasi dalam kaitannya dengan perkembangan romantisnya.
Adanya ketegangan antara tujuan akademik Aluna dan perjalanan emosionalnya menciptakan dinamika tematik yang menarik. Kontras ini mungkin mengeksplorasi bagaimana hubungan pribadi dapat memengaruhi atau dipengaruhi oleh tujuan profesional atau akademik seseorang. Selain itu, motif "rumah" yang berulang kemungkinan tidak hanya merujuk pada tempat fisik, tetapi juga keadaan kenyamanan emosional dan rasa memiliki yang ditemukan dalam diri orang lain. Peran Makaio sebagai barista dan musisi juga berpotensi memperkenalkan tema seni, kreativitas, dan berbagai cara individu mengekspresikan diri dan terhubung dengan orang lain.
Penulisan Nanda Afandi terasa segar dan mudah dipahami, sehingga alur cerita dapat mengalir dengan natural dan membuat pembaca merasa terhubung dengan situasi yang dihadirkan. Kedalaman emosi dan kompleksitas karakter utama membuat kisah ini terasa realistis. Setiap karakter memiliki cerita dan konflik batin yang mendalam, menambah kekayaan narasi. Meskipun premis pertemuan tak terduga sudah pernah diangkat sebelumnya, novel ini berhasil memberikan kejutan melalui pengembangan alur dan pengungkapan rahasia yang menarik di sepanjang cerita.
Namun ada bagian-bagian di mana alur cerita atau dialog antar karakter terasa sedikit dibuat-buat demi menyempurnakan twist, sehingga mengurangi kesan natural dari hubungan yang terjalin. Di beberapa segmen, alur cerita terkesan melambat sehingga pembaca harus menunggu lebih lama untuk mencapai klimaks emosional.
Like We Just Met karya Nanda Afandi merupakan pilihan tepat bagi penggemar novel roman yang menginginkan kisah dengan sentuhan modern dan penuh emosi. Meskipun terdapat beberapa kekurangan dalam pacing dan beberapa momen yang terasa kurang natural, kekuatan karakter dan plot yang penuh kejutan berhasil membuat novel ini layak untuk dibaca.
Bahasa deskriptif dalam materi promosi kemungkinan mencerminkan penggunaan citraan yang hidup dan detail sensorik oleh penulis untuk menghidupkan latar dan emosi dalam cerita. Fokus pada pengalaman internal protagonis menunjukkan narasi yang digerakkan oleh karakter, di mana pembaca mendapatkan wawasan tentang pikiran, perasaan, dan motivasi Aluna.
"Like We Just Met" dianggap sebagai buku pertama Nanda Afandi yang memiliki tempat spesial di hatinya. Inspirasi untuk buku ini datang dari pengalaman studi singkatnya di Manchester, Inggris, di mana ia ingin merekam kenangan manis dan pahitnya sebagai mahasiswa asing. Informasi ini secara langsung menghubungkan latar belakang penulis dengan latar novel. Snippet ini juga menyebutkan bahwa "Nanda" adalah seorang generalis yang menikmati berbagai kegiatan seperti bela diri, memasak, fotografi, dan bermain ukulele, menggambarkan sosok yang memiliki banyak minat.
Novel ini berhasil menyajikan perpaduan antara pencarian jati diri, rahasia masa lalu, dan dinamika hubungan yang rumit. Apakah kamu tertarik untuk menyelami kisah ini?
Judul | Rating | Cerita & Ilustrasi | Tebal | Berat | Format | Tanggal Terbit | Dimensi | ISBN | Penerbit |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Judul: like we just met | Rating: 4.9 | Cerita & Ilustrasi: Nanda Afandi | Tebal: 323 halaman | Berat: 0.255 kg | Format: Soft Cover | Tanggal Terbit: 4 September 2024 | Dimensi: 19 x 13 cm | ISBN: 9786022207443 | Penerbit: Bukune |
Dapatkan buku ini di Marketplace maupun di Gramedia .com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar